Kategori Fokus Utama
DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN
Oleh
Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr
Bagian Pertama dari Empat Tulisan [1/4]
Kita patut bersyukur kepada Allah lantaran dakwah salafiyah mubarokah yang diemban oleh para ulama dan para da’inya yang mukhlisin merambah penjuru dunia. Namun perlu juga diketahui bahwa dakwah salafiyah, dakwah para nabi ini tidak luput dari para pencela, pembuat keraguan dan kerancuan (syubhat) sepanjang zaman, mulai nabi Nuh hingga nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula para da’i pengemban dakwah ini mendapat perlakuan yang sama. Allahul Musta’an. Berikut syubhat-syubhat yang dilemparkan sekaligus bantahannya yang direkam dan ditulis oleh Syaikh DR Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr, murid Al-Imam Al-Albani Rahimahullah dalam kitab Madza Yanqimuna minas Salafiyah.
[1] NAMA SALAFIYAH BENTUK HIZBIYAH DAN BID’AH
Sementara penentang menuduh bahwa nisbah kepada salafiyah merupakan bentuk hizbiyah bid’ah, sama seperti nama Ikhwan Muslimin, Hizbut Tahrir dan Jama’ah Tabligh. Mereka tidak tahu bahwa intisab kepada salafiyah adalah intisab kepada generasi panutan, para sahabat dan tabi’in, generasi terbaik yang direkomendasikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penyandaran kepada salaf berarti penyandaran kepada umat yang maksum, yang terjaga dari kesalahan dan umat yang diridhai Allah, firmanNya.
“Artinya : Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya” [Al-Bayyinah : 8]
Sangat berbeda antara orang yang menyandarkan diri kepada seorang mujtahid yang kadang benar kadang salah, fanatik kepadanya, loyal dan benci karenanya dengan seseorang yang menyandarkan diri kepada suatu kaum yang selamat, terjaga dari penyimpangan dan kesesatan ketika muncul perselisihan.
“Artinya : Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semua masuk neraka kecuali satu. Beliau ditanya : ‘Siapa mereka wahai Rasulullah ?’ Jawaban beliau : ‘Mereka adalah orang-orang yang berada di atas apa yang aku dan sahabatku berada di atasnya” [Abu Dawud 4586, Tirmidzi 2640, Ibnu Majah 3991 Ahmad 2/332]
Inilah salafiyah yang mana Islam yang murni, bersih dari semua bid’ah dan kesesatan terbangun di atasnya. Inilah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijalankan oleh para sahabat dan ditempuh oleh generasi terbaik. Mengapa kalian membolehkan setiap jama’ah Islamiyah untuk menyandarkan diri kepada orang-orang yang tidak maksum tetapi justru melarang penyandaran kepada umat yang terjaga dari kesesatan dan kepada salaf shalih dari kalangan tabi’in dan para imam yang mendapat petunjuk. Mereka terjauhkan dari hizbiyyah sempit lagi berbahaya yang memecah belah umat. Syaikh kami Al-Albani berkata : “Terus terang, kami memerangi hizbiyah, karena hizbiyah selaras dengan ayat.
“Artinya : Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka “ [Ar-Ruum : 32]
Islam tidak mengenal hizbiyah. Hanya ada satu hizb (golongan) yang ditetapkan oleh Allah yaitu:
“Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung” [Al-Mujadilah : 22]
Hizb Allah adalah golongan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hendaknya seseorang itu berada dalam manhaj para sahabat. Semua ini harus didasari pengetahuan tentang Al-Qur’an dan Sunnah”.
Ketika ditanya tentang hakekat salafiyah, beliau menjawab : “Ketika kita menyebut salaf maka yang kami maksud adalah golongan yang terbaik di muka bumi ini setelah para rasul dan nabi”. Mereka adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, generasi awal. Lalu diikuti para tabi’in yang muncul pada abad kedua, lalu atba’ tabi’in yang muncul pada abad ketiga. Tiga generasi inilah yang disebut salaf. Mereka adalah umat terbaik. Jika mereka merupakan umat terbaik secara mutlak maka tidak ada lagi setelah Rasul manusia yang lebih baik dari mereka seperti yang aku sebutkan….Jika kita menyandarkan diri kepada salaf artinya kita menyandarkan kepada generasi terbaik. Namun perlu dicatat bahwa penyandaran ini bukanlah kepada individu tertentu atau kepada jama’ah yang mungkin saja tersalah atau jatuh dalam kesesatan, baik secara menyeluruh atau sebagian.
Beliau ditanya : Mengapa harus menamakan salafiyah, apakah dia dakwah hizbiyah, kelompok atau madzhab, ataukah kelompok baru dalam Islam ? Beliau menjawab : Sesungguhnya kata salaf itu sudah dikenal dalam bahasa arab dan dalam istilah syar’i”. Yang perlu kita bahas adalah pengertian selamat secara syar’i. Telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau sakit yang membawa kematian, beliau berkata kepada Fatimah : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik salaf bagimu adalah aku” Ulama sering mempergunakan kata salaf, sehingga tidak bisa lagi dihitung. Cukup satu contoh saja, yaitu kalimat yang dipakai ulama untuk memerangi bid’ah, yakni.
“Artinya : Setiap kebaikan itu dalam pengikutan kepada salaf. Dan setiap kejelekan di dalam perbuatan bid’ah orang-orang khalaf”.
Tetapi ada sementara orang yang mengaku berilmu mengingkari penisbatan ini, dengan sangkaan penisbatan ini tidak ada asalnya. Katanya : Seorang muslim tidak boleh berkata : “Saya Salafi”, sepertinya dia mengatakan : Tidak boleh seorang muslim itu mengatakan : “Saya mengikuti salaf shalih, dalam akidah, ibadah dan akhlak mereka”. Tidak ragu lagi bahwa pengingkaran semisal ini –kalau sengaja- melazimkan dia untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dijalani oleh para salaf shalih, dimana pemimpin mereka adalah Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam, seperti diisyaratkan oleh hadits mutawatir dalam shahihain “Manusia terbaik adalah zamanku, lalu orang-orang setelah mereka dan setelahnya lagi”.
Maka seorang muslim tidak boleh berlepas diri dari penisbatan kepada salaf shalih, sedang kalau dia berlepas diri dari penisbatan kepada siapapun tidak mungkin bagi seorang ulama pun untuk menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.
[2] SALAFIYUN HANYA BERKUTAT PADA MASALAH PARSIAL (JUZ), MELALAIKAN MASALAH SECARA KOMPREHENSIF DAN MASALAH MENDASAR.
Ini juga termasuk kedustaan mereka. Sebab dakwaan salafiyah –itu dengan memuji Allah- mengimani Islam secara menyeluruh. Berangkat dari firman Allah.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan” [Al-Baqarah : 208]
Dan firmanNya yang mencela orang-orang yang mencomot agama sesuai hawa nafsu mereka.
“Artinya : Apakah kamu beriman kepda sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?”[Al-Baqarah : 85]
Kewajiban utama dakwah salafiyah adalah dakwah tauhid, peribadatan kepada Allah, membimbing umat di atas manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengarahkan mereka agar memperhatikan sunnah beliau yang telah dijauhi manusia dan menghidupkannya. Semua itu merupakan bagian dari program dan manhaj dakwah salafiyah bukan bagian dasar-dasar dan rukun-rukun Islam. Orang-orang yang menyelisihi dakwah ini telah keliru dengan mensifati sunnah-sunnah seperti siwak, memanjangkan jenggot, memendekkan celana, sutrah, dan selainnya sebagai masalah kulit (bukan isi).
“Artinya : Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka ; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta” [Al-Kahfi : 5]
Orang-orang yang bingung itu tidak mengetahui bahwa Islam itu semuanya inti. Kulit itu hanyalah apa-apa yang ada dalam gambaran mereka dan pemikiran mereka dan pemikiran mereka yang busuk. Adapun wahyu, berupa Al-Qur’an dan Sunnah semuanya benar dan inti. Siapapun yang menghina satu saja darinya maka kafir. Siapa yang mensifati apa-apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kulit (masalah sepele) benar-benar berada pada tepi jurang yang dalam.
[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon edisi 5 Th III, hal 29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]
CHM Al-Manhaj Versi 3.8 Online melalui www.alquran-sunnah.com.